Menjadi Seorang Murid
Bacaan : Yesaya 50:4-11
Yesaya 50:4-5
Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid,
supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru
kepada orang yang letih lesu.
kepada orang yang letih lesu.
Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku
untuk mendengar seperti seorang murid.
untuk mendengar seperti seorang murid.
Tuhan ALLAH telah membuka telingaku,
dan aku tidak memberontak,
tidak berpaling ke belakang.
Sewaktu saya menjalani masa sebagai coass di bagian Ilmu Bedah, diajarkan bagaimana cara menjahit luka-luka robek. Biasanya kami (para coass) banyak kali dipercayakan untuk membereskan luka-luka yang lebih aman, juga mengenai area yang tidak vital. Sampai suatu kali Saya untuk kesekian kalinya menjadi asisten dalam menangani pasien dengan luka robek di wajah yang akhirnya dipercayakan untuk menjahit luka pada wajah dengan benang yg begitu halus.
Pada masa itu sebelum kami bisa dipercayakan untuk melakukannya, kami diajar sedemikian rupa seperti melakukan simulasi cara menjahit, melihat berulang-ulang bagaimana dokter mengaplikasikannya kepada pasien bahkan ada training khusus yang dilakukan. Tujuan semuanya ini supaya kami boleh mengikuti model dari prinsip-prinsip jahit luka sebagaimana yang diperlihatkan oleh dokter yang mengajar kami baik secara teori maupun ketika diaplikasikan kepada pasien. Kami diharapkan mengikuti model prinsip yang benar dalam hal menjahit luka robek.
Demikian juga menurut salah satu murid yang terdekat dengan Yesus ketika ia menuliskan seperti yang tertulis: "Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." (Yoh 20:21). Dia hendak mengatakan misi-Nya adalah model bagi misi kita. Salah satu tujuan kedatangan-Nya dari dua tujuan adalah Dia menjadi model hidup kita. Karena satu tujuan lain yang tak mungkin menjadi model bagi kita adalah Dia datang untuk memberikan nyawa-Nya untuk menebus umat-Nya (Mark 10:45).
Ini berarti kalau Dia menjadi model hidup bagi kita maka kita harus juga belajar meniru kasih, ketundukan, keintiman-Nya dengan Allah, pelayanan, kasih, pengorbanan-Nya serta kesetiaan-Nya memberitakan Injil keselamatan kepada manusia manusia berdosa.
Hal yang serupa pula yang dapat kita pelajari bila kita merenungkan bagian firman Tuhan menurut Yesaya 50:4-11. Yesaya adalah nabi yang dipanggil Tuhan untuk membawa kabar penghakiman bagi mereka yang menolak jalan selamat dan kabar keselamatan dan pengharapan bagi mereka yang mau menerima jalan selamat. Pada masa itu kerajaan utara dengan kesepuluh sukunya dikalahkan oleh bangsa Asyur. Tetapi kerajaan selatan, Yehuda juga sedang menuju nasib yang sama. Secara moral, politis mereka sudah rusak demikian juga spiritualitas/ kesalehan mereka. Kerajaan utara mengalami penghukuman dan musnah.
Tetapi Yehuda berbeda. Negeri itu harus dihakimi, tetapi oleh karena adanya perjanjian abadi dengan Allah, maka Yehuda juga akan diselamatkan. Pada suatu saat dari Yehuda akan datang seorang hamba Tuhan. Siapa hamba Tuhan sebagaimana juga yang tertulis dalam bagian firman Tuhan ini? Ada 4 pasal Yesaya disebut Nyanyian Hamba Tuhan: 42:1-4; 49:1-6; 50:4-9, 52:14-53:12. Banyak para ahli yang berpendapat bahwa hamba Tuhan seperti dalam Yes 50:4-11 mengacu kepada sang Mesias:
Yesaya 50:10. Siapa di antaramu yang takut akan TUHAN dan mendengarkan suara hamba-Nya? Jika ia hidup dalam kegelapan dan tidak ada cahaya bersinar baginya, baiklah ia percaya kepada nama TUHAN dan bersandar kepada Allahnya!
Barnes note's. It will be assumed that the reference is to the Messiah; and we shall find that it is a most beautiful description of his character, and of some of the principal events of his life.
(Hal ini dapat dikatakan mengacu kepada kepada Mesias; dan kita akan menemukan bahwa ini adalah penjelasan paling indah dari karakter-Nya dan peristiwa-peristiwa penting dalam hidup-Nya).
Jamiesson, Fauset and Brown. Messiah, as "the servant of Jehovah" (Isa 42:1), declares that the office has been assigned to Him of encouraging the "weary" exiles of Israel by "words in season" suited to their case; and that, whatever suffering it is to cost Himself, He does not shrink from it (Isa 50:5; Isa 50:6), for that He knows His cause will triumph at last (Isa 50:7; Isa 50:8).
(Mesias, sebagai "hamba Jehovah" (Yes 42:1), mendeklarasikan bahwa tugas khusus telah ditetapkan kepada-Nya untuk menguatkan mereka yang lemah dari Israel yang dalam pembuangan dengan "kata-kata yang sesuai waktunya" yang cocok dengan keadaan mereka dan apapun penderitaannya adalah harga diri-Nya, Dia tidak mundur dari itu (Yes 50:5; 50:6), karena Dia tahu karena-Nya akan ada kemenangan pada akhirnya (Yes 50:7; 50:8)).
Matthew Pole. This and the following passages may be in some sort understood of the prophet Isaiah, though but obscurely and imperfectly; but they are far more evidently and eminently verified in Christ, and indeed seem to be meant directly of him.
(Ini [pasal ini] dan pasal-pasal yang mengikutinya mungkin dalam beberapa macam pengertian dipahami sebagai nabi Yesaya, walau kurang jelas dan tak sempurna; namun terbukti lebih jelas dan nyata dipastikan dalam Kristus, dan memang terlihat langsung mengacu kepada-Nya).
Ini tidak berarti pengalaman hamba Tuhan yang mengacu kepada Mesias bukanlah pengalaman Yesaya. Memang benar ada hal-hal yang bukan dialami oleh Yesaya. Sebagaimana komentar dari Matthew Henry berikut:
"We suppose the prophet Isaiah to say something of himself in these verses, engaging and encouraging himself to go on in his work as a prophet, not withstanding the many hardships he met with, not doubting but that God would stand by him and strengthen him; but, like David, he speaks of himself as a type of Christ, who is here prophesied of and promised to be the Saviour." ("Menurut kami nabi Yesaya berkata sesuatu tentang dirinya di ayat-ayat ini, menghibur dan menguatkan dirinya untuk terus dalam pekerjaannya sebagai seorang nabi, tidak berhenti dengan banyaknya kesukaran yang dihadapinya, tidak meragukan tetapi Allah akan menegakkan dia dan menguatkannya; tetapi seperti Daud, dia (Yesaya) berbicara tentang dirinya sebagai sebuah "type" (gambaran) dari Kristus, yang di sini dinubuatkan dan dijanjikan sebagai Juruselamat.")
Dari sini memperlihatkan kepada kita bahwa baik model Yesaya maupun Yesus sebagai "anti type" dalam pergumulan tetap setia mendengar dan mentaati Firman Tuhan sekalipun di tengah penderitaan, tekanan, kesendirian dan fitnah demikian pula seharusnya menjadi model bagi kita sebagai anak-anak-Nya. Tentu ini tidak mungkin terjadi secara alamiah. Itu sebabnya dalam bagian firman Tuhan ini dikatakan: "Tuhan Allah telah memberikan kepadaku lidah seorang murid...Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku..."
Hanya anugerah Tuhan saja yang membuat kita mampu dengan mulut kita menghibur mereka yang dalam keputusasaan dengan penghiburan sejati. Dan hanya karena anugerah Tuhan juga kita peduli terhadap waktu-waktu teduh dan menikmati persekutuan yg intim dengan Tuhan sambil terus dikuatkan Tuhan dan mendengar suara sang Guru Agung.
Fakta model yang ditunjukkan Yesaya maupun Yesus dalam firman Tuhan ini jelas mau memperlihatkan kepada kita bahwa anugerah Tuhan/ firman Tuhan/ persekutuan dengan Tuhan tidak mungkin tidak membawa pembaharuan hidup! Kecuali mungkin pada kenyataannya benar kalau kitalah yang lebih memprioritaskan hal-hal lainnya dengan menggeser firman Tuhan dan mengabaikan persekutuan yang intim dengan-Nya.
Saya tidak tahu berapa banyak alumni keluaran TKK SMFK UNSRAT sampai sekarang. Berapa banyak yang tetap bergairah melawan arus dunia? Berapa banyak yang menutup mata terhadap ketidakbenaran? Berapa banyak yang menolak suap? Berapa banyak yang berani menegur ketidakbenaran? Atau berapa banyak yang menyerah pada situasi dan turut arus dunia? Demikian juga berapa banyak yang mengerjakan amanat agung?
Kenyataan hidup yang menjauh dari kebenaran adalah refleksi spiritualitas yang tidak beres. Bila kita benar anak-anak-Nya, Dia akan mendidik kita sekalipun karena kekerasan kita didikan-Nya akan terasa lebih menyakitkan. Kecuali kita bukan anak-anak-Nya maka kita untuk seterusnya akan nyaman dengan hidup yang jauh dari kebenaran, jauh dari anugerah Tuhan, jauh dari didikan-Nya.
Tercatat 4 kali dalam pasal ini hamba Tuhan menggunakan nama "Tuhan Allah" (Ingg= Lord God, Ibr= Jehovah Adonai) yang dapat diterjemahkan sebagai "Sovereign Lord" atau Tuhan yang berdaulat sehingga W. Wiersbe mengatakan: "penekanan pasal ini adalah soal ketundukan hamba Tuhan dalam setiap area hidupnya dan pelayanannya. Pikirannya ditundukkan kepada Tuhan Allah sehingga ia dapat belajar pekerjaan Allah dan kehendak-Nya. Segala sesuatu yang Yesus katakan diajarkan Bapa kepada-Nya (Yoh 5:19, 30; 6:38; 8:28). Dia berdoa untuk bimbingan (Yoh 11:42; Mark 1:35) dan merenungkan firman Tuhan. Apa yang Allah ajarkan kepada sang Hamba, sang Hamba membaginya dengan mereka yang membutuhkan penguatan dan pertolongan. Sang Hamba mengajarkan hal yang baik di sini bagi mereka yang tahu betapa pentingnya "sendiri bersama Allah" setiap hari."
Secara alamiah, Israel bukanlah kerajaan besar, kuat, hebat dan jenius tetapi dalam masa pelayanan Yesaya sekitar 50 tahun, Israel porak-poranda oleh kerajaan-kerajaan kafir di sekitarnya. Israel dalam pandangan orang lain bahkan dalam pandangan orang Israel sendiri hanya ada kegelapan, habis pengharapan. Namun tidaklah demikian dalam pandangan Allah. Masih ada harapan dari sisa Israel!. Dia mengutus Yesaya memberitakan firman Tuhan akan adanya keselamatan bagi anak-anak Tuhan. Dan Tuhan mendidik mereka untuk dalam keseharian bergantung kepada Allah bukannya kepada Allah lain.
Akhirnya, dalam pergumulan hidup saya, saya sering tidak mengerti dinamika hidup anak-anak Tuhan yang sarat dengan begitu banyak pergumulan dalam Tuhan, hal-hal menyakitkan, jalan hidup yang menegangkan dan penuh perjuangan dan ternyata tidak bedanya dengan perjuangan anak-anak Tuhan dalam cerita Alkitab. Tetapi sesuatu yang selalu sama yang saya temukan adalah selalu hasil akhirnya mereka semua belajar bergantung kepada Tuhan setiap hari.
Mungkin benar apa yang dikatakan kakak ktb saya pada suatu kesempatan, di mana ia dalam pergumulan hidup yang berat, dia mengingatkan saya dengan kata-kata demikian:
"Murid Kristus yang hebat bukanlah yang kuat dan jenius tetapi mereka yang hidup hanya bergantung kepada Tuhan."Dan saya kira kita semua setuju kalau ditengah pergumulan Yesaya dan Yesus yang berat, mereka menjadi model bagi kita untuk tunduk pada kehendak Allah, setia beritakan kebenaran dengan modal bergantung kepada Tuhan. Maukah kita sebagai orang percaya belajar mengisi diri dengan firman Tuhan yang murni?, Maukah kita berdiam diri bersama Tuhan mencari bimbingan-Nya tiap hari dengan waktu yang berkualitas?. Karena spiritualitas yang baik mengerjakan hidup yang diubahkan.
By Michael
No comments:
Post a Comment